Lada Perdu
Selama ini kita hanya mengenal pembudidayaan tanaman lada dilakukan dengan bahan tanaman yang berasal dari sulur panjat dimana penanamannya harus menggunakan tiang panjat. Kelemahan menggunakan bibit yang berasal dari sulur panjat ini adalah mulai sulitnya memperoleh tiang panjat mati yang tahan lama di samping harga nya yang mulai mahal . Kalau kita menggunakan tiang panjat hidup menyebabkan adanya persaingan cahaya, hara air dan CO2.Lada perdu diharapkan dapat menekan biaya produksi karena tanaman lada perdu ini memiliki beberapa keunggulan yaitu :
- tidak memerlukan tiang panjat
- berproduksi lebih awal
- pemeliharaan dan panen lebih mudah
- bisa tumpang sari dengan tanaman tahunan lainnya.
Selama ini pembudidayaan lada di Indonesia dikembangkan dari tanaman yang berasal dari sulur panjat sehingga penanamannya harus menggunakan tiang panjat. Pada dekade terakhir ini ketersediaan tiang panjat mati yang tahan lama cenderung semakin sulit dan mahal. Sedangkan tiang panjat hidup dapat digunakan akan tetapi produktivitasnya rendah akibat kompetisi hara dan rendahnya intensitas radiasi surya karena tingkat naungan yang tinggi dari pohon penegak hidup (Wahid, 1984). Oleh karena itu efisiensi usaha tani lada Indonesia perlu ditingkatkan agar memiliki daya saing yang tinggi dan lebih meningkatkan pendapatan Petani.
Lada perdu yang diperbanyak dari cabang primer, sekunder dan bertapak dari tanaman lada (Syakir, et al., 1994) dapat memecahkan masalah ini karena lada perdu membutuhkan biaya produksi lebih rendah sebab tidak memerlukan pohon penegak, pemeliharaan dan panen yang lebih mudah (Syakir dan Zaubin, 1994). Keuntungan lain adalah populasi per satuan luas lebih banyak, berproduksi lebih awal dan dapat ditanam secara multiple cropping (tumpang sari) dan intercropping (tanaman sela) di antar tanaman kelapa atau tanaman tahunan lainnya.
PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN LADA PERDU
Jenis Lahan
Lada perdu diperoleh dari perbanyakan vegetatif dengan setek cabang buah yang memiliki sistem “Sympodial” dan tumbuh mendatar berbentuk perdu.
Setek cabang buah dapat disiapkan dalam 2 bentuk, yaitu :
- Setek bertapak, yaitu setek cabang yang menyertakan sulur panjat. Setek cabang yaitu setek cabang buah primer dan sekunder. Cabang primer adalah cabang yang keluar dari sulur panjat, sedang cabang buah, pertumbuhan akar dan tunas lebih sulit dan lama sehingga waktu di pembibitan lebih lama.
Bagian cabang buah yang digunakan sebagai bahan setek sebaiknya umurnya tidak terlalu tua karena makin tua umur bahan setek makin berkurang daya perakarannya, sebaliknya apabila bahan setek yang sangat muda dan lemah maka proses transpirasi akan berlangsung cepat sehingga setek akan menjadi lemah, layu dan akhirnya mati.
Lada perdu dapat diperbanyak dengan 2 cara berdasarkan sumber bahan tanaman, yaitu sebagai berikut :
Setek Cabang Bertapak
Cara setek cabang bertapak yaitu pembuatan setek dengan menggunakan setek cabang primer dengan 3 – 4 daun dan menyertakan satu buku sulur panjat. Tunas tidur dan daun penumpu yang ada pada buku sulur panjat harus dipotong dan dibuang agar tidak terbentuk lagi sulur panjat.
Perbanyakan dengan setek bertapak lebih mudah berhasil karena setek menyertakan satu sulur panjat pada pangkal setek. Karena akar primordia sudah pada sulur panjat sebagai tapak, maka persentase hidup dari setek bertapak selalu tinggi.
Setek Cabang Buah
Setek cabang diperbanyak dari setek cabang sekunder yang dibuat dari cabang primer, sekunder dan tertier relatif sulit berakar dibanding setek cabang bertapak. Hal ini disebabkan karena bagian buku dan ruas setek cabang primer, sekunder dan tertier tidak mempunyai primordia akar. Setek cabang buah merupakan upaya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan tanaman.
PERLAKUAN PENDAHULUAN
Untuk memacu pertumbuhan dan memperkecil tingkat kematian setek lada perdu di pendederan perlu perlakuan pendahuluan yang tepat, pemilihan bahan anaman, perlakuan fisik dan penggunaan zat pengatur tumbuh.
Setek cabang buah sebaiknya memiliki 2 – 4 daun, bagian basal (± 5 cm ) diberi 3 – 4 kerataa melingkar dari bagian pangkal setek dipotong tepat di atas buku atau bagian interkalan
Selanjutnya bagian pangkal setek terutama bagian yang dikerat, dicelup selama 30 – 60 detik dalam 2 % H2SO4 lalu setek direndam dengan larutan IBA 2 % + sukrosa selama 4 jam. Karena IBA dan zat pengatur tumbuh buatan menggunakan senyawa lain yang lebih murah dan penggunaannya mudah
Perendaman setek ke dalam larutan air kelapa dengan konsentrasi 25 % selama 1 jam ternyata dapat meningkatkan petumbuhan akar dan tunas setek cabang buah (Syakir, et al., 1993)
Pendederan
Sebaiknya dilakukan di bak /bedengan dengan ukuran 1 – 1.20 cm yang susunan medianya berturut-turut dari lapisan atas mulai dari pasir halus 0 – 20 ccm, ijuk ± 5 cm dan koral ± 5 cm agar tercipta draenase dan erosi yang baik. Media perlu diberi perlakuan nematisida seperti Vapam, Basamid atau Shell DD.
Agar tercipta kondisi iklim mikro yang optimal yaitu kelembaban relatif udara > 80 % dan suhu udara ±28 °C perlu pembuatan rumah atap dari bahan daun rumbia atau paranet di atas bedengan. Selain itu perlu penggunaan sungkup dari kain blacu atau plastik bening.
Pendederan setek cabang buah bertapak dilakukan dengan menanam setek pada media pasir. Bagian sulur panjat sebagai tapak yang panjangnya ± 3 – 5 cm, seluruhnya ditanam terbenam ke dalam pasir sampai bagian mata tidur.
Jarak tanam setek cabang buah di pendederan yaitu 10 – 15 cm antar baris dan 6 – 8 cm di dalam barisan.
Untuk mempertahankan kondisi lingkungan yang optimal di pendederan maka setiap hari setek disiram air dan untukmenjamin kelembaban udara yang tinggi dalam sungkup perlu disemprot air menggunakan sprayer. Hal ini dilakukan ± 6 – 8 minggu sampai keluar akar, apabila 10 – 12 minggu belum keluar tunas sebaiknya setek tidak digunakan
Pembibitan : dapat dilakukan langsung pada media tanah atau dalam polybag. Akan tetapi cara yang praktis, efisien dan efektif adalah pembibitan langsung dalam polybag. Syarat terpenting dari media adalah tidak cepat memadat, aerasi baik, media cukup mantap agar keadaan setek lada tidak banyak bergerak
PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN LADA PERDU
Persiapan lahan
4.1.1. Pembukaan lahan
Persiapan lahan untuk lada perdu secara monokultur.Lahan harus dibersihkan dari pepohonan, belukar, rumput dan alang-alang.Cara kimiawi dapat digunakan apabila diperlukan dan sebaiknya penyemprotan herbisida dilakukan pada musim kemarau
4.1.2. Pengolahan tanah, pengajiran dan jarak tanam
* Lahan dicangkul dengan kedalaman ± 20 cm
* Jarak tanam 1 m dalam barisan dan 1,5 – 2 m antar barisan
* Ukuran lubang tanam dengan panjang 40 cm, lebar 40 cm dan tinggi lubang 40 – 60 cm
* Lubang tanam dibiarkan 2 – 3 minggu dan lubang tanam ditutup dengan campuran tanah atasdan pupuk kandang sebanyak 5 – 10 kg/lubang
4.1.3. Penanaman
* Lada perdu dapat ditanam setelah hujan cukup
* Setelah bibit ditanam tanah di sekitarnya ditekan dan bibit diberi naungan untuk melindung dari keadaan yang tidak mnguntungkan.Bahan naungan yang dapat digunakan yaitu alang-alang, paku andan
* Areal sekitar kebun hendaknya dilengkapi dengan saluran pembuangan air
PEMELIHARAAN DAN PANEN
Pemeliharaan
- Menyiang dan menggemburkan tanah, penyiangan dilakukan dengan tujuan membasmi gulma sehingga tidak ad persaiangan hara dan harus dilakukan terus menerus tergantung pada iklim dan pertumbuhan gulma. Konsep penyiangan adalah siang terbatas agar mencegah erosi permukaan tanah dan pengendalian penyakit. Bersamaan dengan tindakan penyiangan, tanah sekitar perakaran digemburkan dengan maksud adanya perbaikan aerasi/penyediaan 02 yang penting bagi pernapasan akar
- Penggunaan mulsa, tujuan penggunaan mulsa sebagai tambahan organik, menekan pertumbuhan gulma, memperbaiki struktur tanah serta menekan fluktuasi derajat lembab dan suhu tanah. Mulsa dihamparkan setebal ± 10 cm di sekitar tanaman sejauh 10 – 20 cm ari pokok batang, dengan bahan seperti jerami, semak belukar atau alang-alang. Pemasangan dapat dilakukan 1 atau 2 kali pada awal dan pertengahan musim kemarau.
- Pemupukan, pemberian pupuk 5 – 10 dan mulsa dilakukan setiap awal musim kemarau. Pupuk anorganik NPKMg : 12 – 12 – 17 – 2 dapat diramu yaitu Urea, TSP, KCl dan Kiserite yang diberikan awal musim hujan. Pemupukan ke 2, 3 dan empat dilakukan selang 40 hari selama musim hujan.
- Pencegahan dan Pemberantasan hama penyakit, hama yang paling banyak merugikan adalah Penggerek batang (Lophobaris spp.), Pengisap bunga (Diconocoris hewetti) dan Penghisap buah (Dasynus piperis). Pengendalian secara mekanis yaitu secara rutin mengontrol kebun dan membuang/memangkas bagian-bagian tanaman yang terinfeksi hama. Penggunaan insektisida adalah sebagai jalan terakhir. Pada lada 3 penyakit berbahaya yang sering menyerang adalah penyakit kerdil, penyakit kuning dan penyakit busuk pangkal batang
Panen
Bunga yang terbentuk selama ± 12 bulan pertama sebaiknya dibuang. Pada tahun ke 2 bunga dan buah dibiarkan karena tanaman sudah cukup rimbun.
Mulai keluarnya bunga sampai buah masak dan berwarna merah tua dibutuhkan waktu ± 9 bulan
Panen dilakukan beberapa kali selama musim kemarau. Pengolahan pasca panen dapat dijadikan lada hitam seperti di Lampung ataupun lada putih seperti di Bangka.
Sumber: Set. BKP3K Prov. Kep. Bangka Belitung
Sumber gambar : Balitri
Tidak ada komentar:
Write komentar